Membuat Modul Belajar Sokola Rimba

Penulis: Mimbing Sunting | Foto: Beatrix Gracella, Taufik Hidayat

Membuat Modul Belajar Sokola Rimba

Penulis: Mimbing Sunting | 25 November 2022

Pengalaman saya membuat modul adalah dengan melihat bermacam pendidikan di Orang Rimba lalu membayangkan gambaran pendidikan yang dapat bermanfaat untuk komunitas. Bagi Orang Rimba, tulis dan baca hanyalah pengetahuan tingkat dasar sehingga untuk melanjutkan ke tingkat terapan, kita perlu membuat kurikulum yang sesuai dengan adat dan pola kehidupan Orang Rimba. Sejak beberapa tahun yang lalu, Sokola dan pemuda-pemuda Orang Rimba yang tergabung dalam KMB mulai menyusun kurikulum yang diinginkan oleh Orang Rimba.

Setelah kurikulum selesai, kami membuat modul belajar agar bisa dibagikan kepada siapapun. Sehingga bukan hanya kami, pemuda saja yang bisa mengajarkannya kepada anak-anak di rimba tetapi semua Orang Rimba yang sudah bisa membaca, bisa mengajar. Sehingga kurikulum dan modul tersebut bisa menyebar ke seluruh rombong Orang Rimba, apalagi rombong yang jauh dan sulit untuk menjangkau Sokola Rimba. Harapannya, alumni Sokola atau kader KMB bisa membawa dan mengajar di rombong masing-masing.

Mengapa Membuat Modul?

Modul ini dibuat berdasarkan keluhan orang tua di rimba yang merasakan berkurangnya pengetahuan adat. Ide dan inisiatif disampaikan saat reuni alumni KMB yang diadakan tahun 2020 di padang buah-buahan yang dekat dengan ruma sokola Simpang Meranti. Reuni dihadiri oleh KMB dan alumni, Sokola, dan satu guru advokasi. Pertemuan itu juga melibatkan beberapa pemimpin adat atau tokoh adat Orang Rimba sekaligus mempertanyakan kepada mereka dan mantan kader, KMB akan diarahkan kemana. Semua pemimpin menginginkan KMB bersama Sokola menyusun kurikulum yang berdasarkan dari komunitas Orang Rimba sendiri.

Penyusunan kurikulum lalu dilakukan dengan cara wawancara para pemimpin, mengumpulkan cerita-cerita tentang adat. Namun, pembahasan kurikulum tidak selesai di satu pertemuan. Kita mengadakan pertemuan berikutnya di desa SPG karena sedang banyak Orang Rimba melangun di sana. Pertemuan ini sangat besar, mengundang seluruh pemimpin Orang Rimba Makekal Hulu untuk membahas lebih lanjut tentang modul sekaligus inisiatif untuk mendirikan Perguruan Adat. Di pertemuan ini, semua pemimpin memberikan masukan.

Lalu kami pemuda, bersama guru Sokola, menjadi tim penyusun. Kami merasa masih ada kekurangan di dalam modul tersebut. Maka tim penyusun mengadakan evaluasi di kantor Bangko untuk melengkapi modul. Setelah modul selesai, kami kembali mengadakan pertemuan dengan Bepak Kepala Adat untuk menjelaskan dan memastikan isi modul tersebut sudah benar benar tau belum. Sampai saat ini, kami sudah berhasil menyusun tiga buah modul yaitu modul adat, pangan, dan nyialong (upacara memanen madu).

Kenapa kita perlu membuat modul tentang adat? Agar generasi muda dapat mengetahui patah-patah adat. Karena generasi mudalah yang diharapkan layak menjadi pemimpin Orang Rimba. Meski demikian, modul adat bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga untuk remaja dan bahkan orang umum. Dengan adanya modul ini, kami merasa bertambah kuat identitas kami sebagai Orang Rimba, dan bertambah kekuatan senjata advokasi Orang Rimba.












Modul Pangan

Modul tentang pangan tidak hanya menjelaskan bagaimana Orang Rimba mengelola makanan tradisional, tapi juga mengajarkan matematika yang mengambil contoh jenis makanan yang ada di hutan. Contohnya, Orang rimba dalam satu tahun berkebun ubi kayu, dalam satu hektar ada empat ribu rumpun ubi kayu. Namun, di dalam satu hektar kebun itu bukan hanya ubi kayu saja, tetapi juga banyak macam-macam tanaman lainnya. Nah, dari itu murid bisa belajar perkalian, dan juga bermacam pangan yang ada di hutan sehingga menyadari betapa kayanya hutan. Yang kita hitung baru dalam satu hektar dan satu jenis tanaman, sedangkan wilayah Orang Rimba Makekal Hulu lebih dari enam ribu hektar. Bagaimana kira-kira? Mungkin kita bisa membayangkan kondisi pangan keseluruhan.

Modul kedua tentang nyialong yang merupakan peran laki-laki Orang Rimba. Dalam aturan adat, peran laki-laki adalah louk ikan, lomok manis. Sementara peran perempuan kayu aik, masok mata, pelan pegawe. Karena itu laki-laki harus memenuhi tanggung jawabnya. Jika laki-laki tidak bisa mengambil madu, maka kita akan diejek oleh para perempuan. Laki-laki harus bisa memanen madu, mulai dari proses menyiapkan alat untuk mengambil madu, mempelajari berbagai mantra, sampai memanjat.

Pengetahuan adat yang ada di dalam tiga modul yang dibuat belum lengkap karena modul ini baru tingkat dasar saja dengan patah-patah adat yang sering digunakan di keseharian dan dasar hukum adatnya. Namun, masih banyak kekurangan dalam modul tersebut. Kami pemuda terus berkomitmen dengan para pemimpin Orang Rimba untuk melengkapi modul hingga dapat tersusun dan efektif digunakan untuk belajar dengan didampingi oleh Sokola. Kami berharap kurikulum dan modul bisa menjadi bahan belajar di Perguruan Adat yang telah ditunggu-tunggu oleh Orang Rimba.

Sampai saat ini, modul sudah dicetak dan dibagikan kepada seluruh kader dan alumni KMB untuk digunakan secara rutin dan fokus. Modul yang sudah dicetak diberi lembaran plastik atau pembungkus agar tahan lama dan tidak rusak atau basah. Dengan modul ini, kami berharap generasi muda Orang Rimba akan meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya tentang adat.