Film Tengger

Penulis dan Foto: Rotan

Foto: Rotan

Film Tengger

Penulis: Rotan | 18 November 2021

"Lare-lare kok pinter ya, pakai out fit?"

"Mantanku siji tapi wes glow up!"


Itu adalah potongan-potongan kalimat yang pernah remaja Tengger Ranupani katakan kepada kami ketika sedang mengobrol. Kata out fit dan glow up adalah kosa kata yang sedang sering digunakan warga net di media sosial. Akses internet yang bagus di Ranupani, membuat orang-orang akrab dengan media sosial.


Keadaan baik ekonomi petani kentang di Ranupani, membuat anak-anak usia SD sudah banyak yang memiliki HP sendiri. Mereka memiliki akun dibeberapa platform media sosial, seperti Whatsapp, Tik Tok, Instagram, YouTube, dan Facebook.


Tik Tok adalah platform paling aktif mereka gunakan. Anak-anak suka melihat video pendek dengan musiknya. Dalam video berdurasi 1 menit, mereka mendapat informasi tanpa mengalami kebosanan. Informasi dikemas dengan menarik, berjoget, dan bermusik. Mereka akan menirukan gerakannya, menyerap informasi dan sering mempraktekannya. Mulai dari membuat permen dalgona hingga STM-STMan (perkelahian anak sekolah). Media sosial menjadi hiburan baru.


Ada juga yang membuat konten lebih serius di Youtube. Ada yang membuat vlog tentang pertanian kentang. Ada juga yang membuat film pendek tentang Ranupani.


Ketika kami mengajak dua remaja Tengger Ranupani, Sintia dan Karisma untuk belajar membuat film, mereka langsung menunjukkan ekspresi setuju. Matanya melebar diiringi senyum.


Di youtube banyak sekali film pendek tentang Tengger yang dibuat dan diperankan sendiri oleh orang-orang Tengger. Mereka mengangkat permasalahan hidup mereka sendiri. Seperti bagaimana menghadapi sekolah online, pandemi, pergaulan remaja Tengger, toleransi umat beragama, dan banyak lagi. Dialog-dialognya Tengger sekali, Tengger dari berbagai daerah. Kalau sesama komunitas Tengger, pasti tahu film itu dari Tengger daerah mana.


Seperti kosa kata reang yang artinya aku. Jika film menggunakan kata reang, artinya film bisa dari daerah Tengger Ngadas atau Tengger Ngadiwana.


Sintia dan Karisma antusias sekali membuat film pendek. Pembuatan film merupakan bentuk belajar membaca kepekaan terhadap lingkungan dan sosial sekitar.


Sintia dan Karisma menunjukkan kepada kami film-film pendek yang dibuat orang-orang Tengger. Setelah banyak film yang kami tonton dan mengobrol dengan orang tua, akhirnya Sintia dan Karisma memutuskan untuk membuat film tentang tempat dan bagaimana remaja Ranupani bermain. Lalu mengajak beberapa teman untuk ikut bergabung.


Film pendek kami mengangkat cerita remaja Ranupani yang tempat bermainnya adalah tempat-tempat yang biasanya dikunjungi wisatawan. Seperti danau Ranupani, Ranu Regulo, Jemplang (pintu masuk Bromo dari Lumajanh dan Malang), dan Bantengan.


Film bergenre komedi ini menggambarkan remaja Ranupani sekarang. Mereka mempunyai tanggungjawab membantu di kebun. Tapi mereka masih punya waktu luang untuk bermain. Bermain di sekitar Ranupani yang semuanya memiliki pemandangan yang indah, bukan hanya untuk wisatawan, bahkan mereka yang tinggal di sini. Di tempat-tempat bermain itu, mereka membuat konten untuk media sosial. Juga interaksi dengan wisatawan.


"Kalian orang sini aja buang sampah sembarangan!" wisatawan menegur Sintia dalam film.