Pawon

Penulis: Alberta Prabarini | Foto: Nalendra Amar, Ananda Firman

Foto: Ananda Firman

Foto: Nalendra Amar

Pawon

Penulis: Alberta Prabarini | 5 Agustus 2021

Berada di ketinggian 2.100 mdpl menyebabkan rentang suhu udara di Desa Ranupani berkisar antara 5-22°C. Ini membuat Orang Tengger yang mendiami desa Ranupani memiliki cara khusus untuk bertahan di iklim yang dingin. Setiap rumah biasanya memiliki perapian yang dinamakan pawon. Pawon berbentuk balok terbuat dari semen dengan dua tungku di atasnya. Di kanan dan kiri pawon biasanya terdapat dua kursi dingklik berupa kayu panjang setinggi 20 cm, setara dengan ketinggian pawon. Selain itu, ada juga dampar, semacam meja tempat menaruh makanan atau barang-barang lain. Untuk menyalakan api di pawon, Orang Tengger menggunakan kayu bakar atau arang.

Kepulan asap yang membumbung tinggi memenuhi langit-langit rumah, hingga keluar melalui jendela dan pintu belakang menandakan bahwa pawon sedang menyala. Lokasi pawon umumnya ada di sebelah dapur, di dekat pintu masuk, sehingga setiap anggota keluarga atau tamu yang datang ke rumah bisa duduk menghangatkan diri setelah diterpa suhu dingin. Gegeni, demikian mereka menyebutnya. Gegeni dilakukan hampir di setiap waktu, kecuali tentu saat mereka di kebun dan saat tidur. Di pagi hari, sebelum berangkat ke ladang, mereka berkumpul di pawon untuk memasak atau sekadar minum kopi. Saat pulang dari kebun di siang atau sore hari, mereka beristirahat di pawon sambil membicarakan perihal yang terjadi di kebun atau kampung, mendiskusikan harga kentang, bawang, dan kol, serta gosip-gosip lainnya. Setiap orang tak bisa lepas dari asap pedas yang secara tiba-tiba menyerang mereka. Beruntung bagi mereka yang bisa pindah dengklek untuk menghindar dari asap, sedang bagi mereka yang tidak, linangan air mata akan menjadi kawan setia.

Orang Tengger percaya, pawon memiliki sifat sakral dan tidak boleh diperlakukan sembarangan. Pantangan seperti duduk di atas pawon atau melangkahi kayu yang membara adalah beberapa di antaranya. Hal ini selalu diingatkan, terutama saat ada upacara adat yang menghadirkan sesajen di atas pawon. Dalam geliat keseharian Orang Tengger, pawon selalu memberikan kehangatan saat dingin di luar rumah mencekam serta menghadirkan kenyamanan setelah lelah seharian berladang.